Hans Jaladara, Panji Tengkorak, Seno Gumira Ajidarma
Dari Babad Panji Tengkorak ke Intan Permata Rimba (2)Oleh : Seno Gumira Ajidarma
Harus saya akui, adegan pertempuran pada lengan patung raksasa yang menjulang di Pulau Awan Hijau itu merupakan adegan spektakuler, seru, tegang, sekaligus indah – yang jarang saya temukan dalam komik Indonesia mana pun juga.
Dalam Si Rase Terbang, pendekar Pandu Wilantara tidaklah kalah saktinya seperti Panji Tengkorak, tetapi sebelum ia mendapatkan tingkat ilmu yang seperti itu, sempatlah ia tertawan oleh Singa Hitam, musuh lama Panji Tengkorak, dan mendapat berbagai macam siksa. Akibatnya, meski sakti mandraguna, Pandu Wilantara kadang menjadi kabur pandangan dan sakit kepalanya, sehingga hamper selalu nyaris ditewaskan lawannya, sehingga juga tampak sebagai orang yang bernasib malang. Pada akhir cerita, obat-obat yang biasa ditelannya bila kesakitan itu tiba telah habis, dan belum jelas lagi kelanjutan ceritanya.
[i]
[i]
Komik Si Rase Terbang, meskipun merupakan bagian terakhir Babad Panji Tengkorak, ternyata digubah Hans lebih dulu daripada Walet Merah. Meski begitu, saya merasa di antara tiga judul rangkaian Babad Panji Tengkorak, Si Rase Terbang terasa begitu tepat menutup babad sebagai pencapaian terbaik. Karakter tokoh dan penggambarannya sebagai komik, dalam konsep visual yang jelas teracu kepada realisme, bagi saya amat mengesankan.
Sumber:
Dikutip dari sebuah tulisan pengantar untuk komik Intan Permata Rimba vol.1
Halaman 2. Komik Koloni M&C November 2010.
Diketik tanpa perubahan oleh Penggemar komik Indonesia dan diupload di sini.
*****&&&&&&*******
Semoga tulisan tersebut menjadi tambahan informasi untuk kita penggemar komik Indonesia.
Semoga tulisan tersebut menjadi tambahan informasi untuk kita penggemar komik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar